Perhatian.. Perhatian.. Postingan ini bukan untuk promosi jualan loh ya walaupun saya anak danus BEM, hahahaa… π Cuma ingin share sekaligus menepati janji di postingan yg lalu :).
Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya, dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (Q.S An-Nuur : 31)
Ada beberapa hal yang ingin saya garisbawahi tentang ayat ini.
Pertama, masalah menahan pandangan (kepada lawan jenis tentunya). Astaghfirullah, saya akui ini memang sulit sekali, apalagi kalau laki-lakinya itu tampan imut2 lucu, tapi untuk kebaikan kita sendiri memang sebaiknya hal seperti ini dijaga, jangan terlalu lama kalau melihat laki-laki tampan, bahaya :mrgreen:.
Kedua, masalah perhiasan (aurat). Well, semua orang Islam sepertinya sudah pada tahu ya semenjak belajar agama di SD kalau auratnya perempuan itu seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Sudah cukup jelas kan mana yg aurat, mana yg tidak. Hmmm, herannya, walaupun sudah pada tahu kok masih banyak saja ya yang belum bisa menjaga auratnya? (~ini hanya opini pribadi loh, bukan menyindir) Hayoo, tanya kenapa??? :lol:. Ayolah Saudara-Saudaraku tercinta, perhiasan itu harus kita simpan dan jaga baik2, di-set private ya, jangan public. Kalau di-set public, takutnya nanti ada pihak2 yang seenaknya memanfaatkan (baik secara langsung ataupun tidak) perhiasan yang kita set public tadi. Tidak mau kan seperti itu? Apalagi ini merupakan perintah-Nya :). Dia pasti punya maksud yang baik dibalik menyuruh kaum hawa untuk menutup perhiasannya.
Ketiga, masalah memakai jilbab yang menutupi dada. Menurut saya, jika memakai jilbab yang menutupi dada, itu sudah memenuhi kewajiban. Sedangkan memakai jilbab “panjang” itu tentunya memang lebih baik lagi karena lebih mutawari’ (lebih menjaga). Sedikit cerita, di awal Februari ini, suatu hari saya memakai jilbab terpanjang dan terlebar yang pernah saya punya yang merupakan salah satu kado ulangtahun saya yg ke-19 kemarin (~maaf ya, baru sempat dipakai :P). Agak merasa ‘gimana’ gitu waktu memakainya. Waktu di kampus, ada beberapa teman yg berkomentar. “Dari madrasah mana dek?“, “Waaa, ade jilbabnya panjang.“, “Ciee tumben de pake jilbabnya beda sekarang“, dll. Jilbab yg saya pakai sehari-hari insyaAllah sudah menutupi dada, tetapi tidak “panjang”. Well, honestly, that day I felt like I wasn’t me. Malu? Sedikit. Kenapa? Entahlah, mungkin karena saya tidak terbiasa. Setelah saya pikir2 bodoh juga kalau merasa malu, melakukan sesuatu yg baik kenapa harus malu. Kalau melakukan perbuatan tercela lalu ketahuan, baru malu. Yaaah mungkin tingkatan saya belum mencapai akhwat yang seperti itu, tapi insyaAllah akan nantinya, amiiin :).
Beberapa wanita yang berpakaian telanjang dan wanita yang melanggar tidak akan masuk ke dalam surga dan bahkan mereka tidak akan menjumpai pada baunya surga. (rowahu Baihaqi)
Berpakaian telanjang? Apakah itu? Kata Ustadz Yazid, maksudnya adalah berpakaian tertutup, menutupi semua aurat, tapiiiiiiii pakaiannya itu transparan atau ketat. MasyaAllah, wanita yang sudah berpakaian tertutup saja ada ancamannya, lalu bagaimana dengan yang belum tertutup? Silakan dijadikan bahan renungan wahai kaum hawa :). Alhamdulillah orangtua saya selalu mengingatkan ketika saya akan membeli pakaian untuk tidak membeli pakaian2 yang ketat, terutama celana jeans atau legging. Tahukah Anda model2 celana jeans zaman sekarang? Ckckck.. Saya pun heran, memangnya nyaman ya memakai celana sempit seperti itu, saya pikir baru memasangnya saja susah, apalagi jika dipakai untuk jalan. Hmmm… Setahu saya, laki-laki yang “benar” (red : konteks benar berbeda dengan normal di sini) insyaAllah akan merasa risih untuk melihat perempuan yang berpakaian seperti itu, justru mereka akan lebih respect kepada perempuan yang anggun dengan memakai pakaian sewajarnya sesuai ketentuan. Maaf kalau saya sok tahu :P.
Sesungguhnya pakaian bawahnya muslim (laki-laki) hingga separuh betis, jika mencapai mata kaki maka itu tidak apa-apa,tapi jika sampai di bawah mata kaki fa finnaar. (rowahu Ahmad)
Mungkin untuk hadits di atas ini, saya tidak akan banyak berkomentar karena saya bukan laki-laki :D. Saya juga tidak berani menyampaikan secara eksplisit terjemahan dari kalimat ‘fa finnaar‘. Silakan Anda cari tahu kepada orang yang terbiasa dengan istilah bahasa Arab. Hmmm, mungkin kita sering melihat ustadz-ustadz berjenggot dan berpeci/bersorban ketika berangkat ke masjid (biasanya sih ketika mau Jum’atan) yang memakai celana cingkrang di atas mata kaki. Orang2 mungkin menganggapnya ekstrim atau fanatik, bahkan mungkin juga ada yang meledeknya dengan istilah “kurang bahan atau kebanjiran”, tapi mungkin para ustadz itu berpakaian demikian karena menetapi isi hadits di atas. Wallahu a’lam. π
NB : maaf kalau kata2nya aneh, soalnya baru kali ini ngepost pake bahasa agak formal, hahahaaaa π
sesuatu yang benar katakan benar, walaupun pahit.
Subhanallah, tulisannya mantabz, de…
Ga usah risih klo pake jilbab yang lebih panjang menutupi dada. Itu lebih menjaga kok…
Btw, ustadz yazid itu yang ngajar jarkom ya? π
@ kak riri :
u’re right, brother.. But it’s risky 2 say in this public place π
@ ardo :
makasii do, insyaAllah π
laaah, Pak Setiadi Yazid?? Itu mah dosen jarkom lw, do π
Like This..
menurut saya kaum hawa yang pakai legging tu seperti ndak pakai celana :p
Youph emang seharusnya begitu
wah ade.. keren bgt!
Iya de, miftah juga sering kepikiran kenapa ya masih banyak perempuan yang belum mau menutup auratnya?
Berdo’a aja kali ya yang kita bisa supaya mereka mendapat hidayah π
subhanallah…
tulisannya keren de! mantaaabzz! π
semua perlu proses memang, insyaallah berangsur-angsur kaum hawa bisa lebih menghargai lagi perhiasannya… amiin…
keep posting de… ^^
saya pernah dengar bahwa kalo kita keseringan berbuat dosa (dosanya yang itu-itu juga) maka akan hilang rasa malunya. Nah bila rasa malu itu dah hilang, maka akan beku hatinya
numpang kenal
Bolehngeblog
Sering2 posting kaya gini De. Bagus…, enteng bacanya.
subhanallah..ustadzah kita. π
ternyata memang mirip yah dengan postinganku, semoga didengar kaum muslimah